Ads 468x60px

Labels

Sample text

Sample Text

Jumat, 23 Agustus 2013

MERDEKA ?

MERDEKA?
(Oleh: Kinoy, Ateng, Wati, Jony dan kru teater MäRGiN)

LAMPU MENYALA KE SATU ORANG
Orang1 : saudara-saudara sebangsa setanah air, hari ini adalah hari kta mengenang kemerdekaan bangsa Indonesia. Hari dimana Bung Karno Bung Hatta memproklamirkan kedaulatan dari kungkungan penjajah bangsa asing.
  Berjuta-juta pengorbanan, penderitaan dan perjuangan telah dilewati untuk mencapai hari yang bersejarah ini. Banyak sekali jiwa-jiwa orang Indonesia yang lepas untuk itu semua. Tapi sekarang, aku tak tahu lagi apa yang sebenarnya terjadi. Seakan-akan penjajahan dating lagi di Indonesia.(LAMPU PADAM)

LAMPU MENYALA KE ORANG YANG BERBEDA
Orang 2 : Bla bla bla…freedom bla bla bla independence. Inilah kemerdekaan Bung. Aku bisa bebas melakukan kreatifitas. Bernyanyi, Olah raga, baca puisai. Inilah aku apa adanya. Terima kasih Tuhan atas kemerdekaan ini.(LAMPU PADAM)

LAMPU MENYALA LAGI KE ORANG YANG BERBEDA
Orang 3 :Kemerdekaan?!Huh…!! Setiap orang mengagungkan agungkan kemerdekaan , padahal mereka tahu apa arti dari kemerdekaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan sesuatu dengan kedok kemerdekaan. Padahal mungkin itu hanya bisa menjatuhkan orang lain. Apa itu ynga dimaksud kemerdekaan?
  Ya Tuhan…, kasihan sekali pahlawan-pahlawan , mereka memperebutkan kemerdekaan hanya utuk itu. Sungguh sia-sia sekali usaha mereka.(LAMPU PADAM)

LAMPU MENYALA
Orang1 : Aku sedih, kecewa dan marah , seakn-akan kita tidak menghargai pengorbanan yang dilakukan para pandahulu dan pahlawan kita.
Orang 2 : Kita sebagai generasi penerus bangsa dalam masa ini melakukan perjuangna dengan cara kita sendiri, mengharumkan nama bangsa dengan prestasi, dengan kreatifitas, dengan akal pikiran dan lain-lain. Ini waktunya kita sebagai sebagai generasi penerus bangsa untuk memberikaan jiwa dan raga kita pada Indonesia raya.
Orang 3 : memang sebenarnya Indonesia sudah merdeka, tapi kemerdekaan yang bagaiman yang sebenarnya kalian maksudkan? Kemerdekaan yang hanya bisa menjatuhkan orang lain? Yang hanya bisa merugiakan orang lain?
Orang 1 : Bagaimana tidak , bangsa tai kucing yang telah menjajah kita,tapi sekarang malah segalanya diagung-agungkan layaknya agama. Sekarang, hal yang berbau import atu asing sangat digandrungi oleh orang –orang Indonesia. Budaya, seni, music,mode dan hal-hal lainnya yang berasal dari luar negeri telah menggeser budaya kita. Apa itu kemerdekaan?
Orang 2 : Eh…eh… , hal yang berbau asing tak selalu membawa dampak negative. Misalnya teknologi, pengetahuan dsb. Itu membawa dampak positif bagi kita. Itu semua berguna bagi kita, mempermudah kehidupan kita semua.
Orang 3 : Dasar kalian manusia-manusia munafik, pembohong, egois dan serakah. Berdiri di belakan tameng kemerdekaan, kebebasan.
Orang 1 : Contohnya saja bahasa, sekarang bahasa asing seperti Inggris dan Jepang dijadiak sebagai patokan di semua lini kehidupan. Bangsa Indonesia lebih fasih menggunakan bahasa asing dibandingkan bahasa daerah bahkan bahasa Indonesia. Sampai-sampai dalam berhubungan dengan lawan jenis pun harus berbau import.
Orang 2 : Aku pikir dengan adanya arus globalisasi kita sebagai bangsa Indonesia harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Toh tidak merugiak siapa-siapa. Indonesia harus tetap eksis sebagi bagian dari dunia. Apa jadinya bila kita sebagai bangsa Indonesia tak brgaul dengan bangsa lain, mau jadi apa hah..!
Orang 3 : Apa iya? Kalian tahu infotainment-infotainment itu, dengan asas kebebasan pers, mereka dengan seenaknya mengumbar permasalahn rumah tangga orang.. lalu video-video porno itu, mereka bilang itu jug namanya kebebasan berekspresi, padahal itu hanya sebuah kelainan yang suka mempertontonkan tubuhnya. Dengan masih benyak kebebasan-kebebasan tidak wajar yang lainnya. Memang benar-benar hebat bangsa Indonesia mengartiakan kata kemerdekaan itu!
Orang 1 : Pokoknya ketika kita masih menomor satukan hal-hal yang berbau asing. Itu sebenarnya sama saja kita masih terjajah oleh bangsa asing itu. Titik!
Orang 2 : Meskipun aku mencintai music metal, mencintai Britney Spears, tapi jiwa dan ragaku tetap mencintai bumi pertiwi. Satu nusa satu bangsa, Bangsa Indonesia.
Orang 3 : Mengatas namakn agama dan kebencia akan suatu bangsa, mereka membunuh manusia, apa itu juga arti kemerdekaan? Hei…! Mau sampai kapan kalian seperti ini? Terus melakukan kebebasan yang salah kaprah! Kebebasan yang justru bisa merebut kemerdekaan orang lain!!! 

TIBA-TIBA MUNCUL SOSOK YANG BERBEDA
Orang 4 : Ha..ha..ha…
  Cukup-cukup!!
Aku sudah tak kuat lagi
TIDAK LAMA LAGI KITA AKAN MUSNAH!!!
Terus terang, aku tidak memikirkan hakikat apa yang sedang kalian bicarakan, karena aku masih terlalu polos…hahaha… ya polos. Yang jelas konteks dari permasalahan yang kalian ucapkan bukan sekedar dari apa yang kalian bicarakan. Tetapi ketika kita bisa tersenyum, dan itu merupakan cermin dari kita yaa…itulah kemerdekaan…Hahaha…
Aku telah kenyang, kenyang dengan bau bangkai kata-kata. Bingkai-bingkai omong kosong. Hura-hura euforia semu.
Aku benci keindahan kuda-kua pingitan, yang licin bulunya dan putih,hidup dari persediaan yang ada tanpa kita tahu dari mana semua itu datang. Ahahahahaha…hah
Aku ingin menghirup nafas dengan sebebas-bebasnya dan sebanyak-banyaknya. Saya buang semua semua pertanyaan-pertanyaan saya tentang apa yang sedang kalia bicarakan.
Bagiku… seharusnya kalian memahami waktu dan sejarah. Adilkah seorang merasa merdeka tanpa tahu proses apa telah terjadi? Tengik!
LAMPU PADAM

Kamis, 07 Maret 2013

SANGGAR SELASIH BAIDURI

PENAMPILAN : LANCANG KUNING TURUN GALANG

tokoh :
1. panglima umar (m.yogi sugiarto)
2. panglima hasan (m. anwar zuhdi)
3. zubaedah (lestari)
4. datuk laksemana (Reski saputra)
5. mak bidan (Vitriyah)
6. Tuk pawang (khairunissa)
7. pengawal (irianti)
8. nelayan (haliza dkk)

Lancang kuning berasal dari kata “lancang” (perahu kebesaran kerajaan) dan uning” (warna kebesaran kerajaan). Lancang Kuning adalah nama perahu besar kerajaan yang digunakan sebagai kendaraan air oleh raja-raja Melayu Riau. Adapun legenda atau cerita rakyat ini diangkat dari nama itu, karena legenda ini menceritakan peristiwa yang terjadi dalam lingkungan kerajaan.

sinopsis :
panglima umar mendapat tugas pergi ke tempat batin tua singgoro meninggalkan sang istri zubaedah yang tengah hamil muda. kepergian panglima umar dimanfaatkan oleh panglima hasan dan pengawalnya untuk menjadikan tumbal. setelah pulang panglima umar melihat rumah telah porak poranda . lancang kuning telah turun galang tapi tak ada sedikitpun upacara pesta khanduri. kejadian ini membuat panglima umar bingung !

bertemulah panglima umar dengan panglima hasan, panglima hasan memfitnah datuk laksamana ! dengan marahnya panglima umar pergi ketempat datuk laksamana dan membunuhnya ! apa yang selanjutnya terjadi ? apa yang fitnah yang dilontarkan panglima hasan kepada datuk laksemana, sehingga panglima umar tega membunuh ? kita saksikan saja dalam pementasan LANCANG KUNING TURUN GALANG oleh kelompok TEATER SANGGAR SELASIH BAIDURI !

applause to :
1. ari anggara
2. ari musapia
3. ibu dwi lukita sari
4. pak andi herwin

DRAMA SI LANCANG (asal mula Tragedi Lancang Kuning) {8 pemain}


Si Lancang
 Tokoh:
 Lancang
 Emak
 Ustadzah
 Siti
 Istri 1
 Istri 2
 ABK 1
 ABK 2


Konon pade zaman dahulu hiduplah seorang wanite miskin dengan anak laki – lakinye yang bername si Lancang. Mereke berdue tinggal di sebuah gubuk reot di sebuah negeri bername Kampar. Ayah si Lancang telah lame meninggal dunie. Emak Lancang bekeje menggarap ladang orang lain, sedangkan si Lancang menggembalakan ternak tetanggenye.
Pade suatu hari, si Lancang betul – betul mengalami puncak kejenuhan. Die sudah bosan hidup miskin. Die ingin merantau dan mengumpulkan uang agar kelak menjadi orang kaye.

Lancang     : Emak, Lancang sudah tak tahan lagi hidup miskin macam ni. Lancang nak pegi merantau Mak!
Emak          : Ape? Nak merantau? Aduh, macam mane ye Nak…?
Lancang     : Ayolah Mak…! Izinkan Lancang merantau ye Mak…?
Emak          : Baiklah Lancang… Kau boleh merantau, tetapi… Jangan lupakan emak kau ni! Jike nanti kau
                     Sudah menjadi orang kaye, segeralah balik!
Lancang     : Benarkah Emak mengizinkan?
Emak          : Iye…
Lancang     : Wah terime kaseh Mak! Terime kaseh! Nanti saye pasti nak menjadi kaye raye! Dan saye tak nak gi bekeje sebagai pengembale yang membosankan tu!
Emak          : Hhh…
Lancang     : Janganlah bersedih Mak… Lancang tak nak melupakan Emak di sini… Jike nanti sudah kaye,
                     Lancang pasti balik Mak!
Emak          : Baiklah Nak. Besok pagi – pagi sangat kau boleh berangkat! Nanti malam Mak nak membuatkan lumping dodak tuk kau makan di perjalanan nanti.
Lancang     : Terime kaseh ye Mak…
Keesokan harinye…
Lancang     : Mak, Lancang pamit… Do’akan Lancang ye mak…
Emak          : Iye Lancang, Emak pasti nak mendoakan kau selalu! Ni lumping dodak tuk bekal kau di jalan!
Lancang     : Terime kaseh Mak… Lancang pegi… Assalamualaikum!
Emak          : Waalaikumsalam! Hati – hati nak!
Bertahun – tahun sudah Lancang di rantauan. Akhirnye die pun menjadi seorang pedagang kaye. Die memiliki puluhan kapal dagang dan ratusan anak buah. Istri – istrinye pun cantik – cantik dan berasal dari keluarge kaye pule. Sementare Emak si Lancang hidup miskin seorang diri di kampungnye.
Suatu hari Lancang nak mengajak istri – istrinye tuk pegi berlayar ke Andalas.
Lancang     : Wahai istri – istriku! Saye nak mengajak kalian tuk berlayar ke Andalas!
Istri 1dan2  : Hah? Benarkah Kakande?
Lancang     : Iye.
Istri 1          : Wah! Ni pasti nak menyenangkan! Kakande, bolehkah kami membawa perbekalan yang
                     banyak?  
Istri 2          : Iye Kakande, kami nak berpeste pore di atas kapal.
Lancang     : Tentu! Bawalah perbekalan sebanyak yang kalian mau!
Istri 1dan2  : Terime kaseh Kakande!
Istri – istri Lancang membawe begitu banyak perbekalan, mulai dari makanan hingga alat musik tuk berpeste. Mereke juge membawe kain sutre dan perhiasan yang banyak.
Sejak berangkat dari pelabuhan, seluruh penumpang kapal si Lancang berpeste pore. Mereke bermain musik dan bernyanyi sepanjang pelayaran. Hingga akhirnye kapal si Lancang merapat di Sungai Kampar, kampung halaman si Lancang.
ABK 1       : Hoi…! Kite sudah sampai!
Ustadzah    : Wah! Si Lancang rupenye! Die sudah jadi orang kaye!
Siti              : Megah betul kapalnye! Syukurlah jike die masih ingat kampung halamannye ni!
Ustadzah    : Sebaiknye kite beritahukan kedatangan Lancang ni kepade Emaknye! Beliau sudah begitu lame
                     menunggu kedatangan si Lancang.
Siti              : Betul Ustadzah! Mari kite beritahukan!
Di rumah si Lancang…
Ustdzh,Siti : Assalamualaikum!
Emak          : Waalaikumsalam! Oh, Ustadzah dan nak Siti! Mari, silakan masuk!
Ustadzah    : Tak usah Mak, terime kaseh. Kami kemari cume nak memberitahukan perihal kepulangan si
                     Lancang!
Siti              : Iye Mak! Lancang sudah balik, dan die sudah menjadi orang kaye!
Emak          : Betul tu? Alhamdulillah…! Akhirnye balik juge si Lancang! Terime kaseh atas kabarnye ye!
                     Saye nak menemui Lancang dulu!
Ustadzah    : Mari kami antar Mak!
Emak          : Ye, terime kaseh banyak.
Sesampainye di kapal…
Emak          : Subhanallah! Megah betul kapal ni! Saye nak naik dan menemui Lancang!
ABK 1       : Hai wanite buruk! Janganlah kau naik ke kapal ni! Pegi dari sini!
Emak          : Tapi… Aku adalah Emak si Lancang…
ABK 2       : Hah?! Mustahil Tuan Lancang punye emak macam kau! Pegi kau!
Lancang     : Ape perkare ni?! Ribut betul lah kalian!
ABK1dan2   : Ampun Tuanku…
ABK 2       : Begini Tuan… Wanite tue ni nak naik ke kapal dan die juge mengaku – ngaku sebagai ibu dari
                     Tuanku.
Istri 1          : Hah?! Benarkah wanite tue ni adalah ibu Kakande?
Istri 2          : Mengape selame ni Kakande tak pernah menceritakan tentangnye?
Lancang     : Bohong! Die bukan ibuku! Usir die dari kapalku!
Emak          : Oh, Lancang anakku! Aku adalah emakmu!
Lancang     : Manelah mugkin aku punye emak tue dan miskin macam kau!
Siti              : Apelah cakap kau ni Lancang! Beliau ni adelah emak kau! Tak sepantasnye kau cakap macam                        tu pade emak kau!
Ustadzah    : Istighfar Lancang! Istighfar!
Lancang     : Diam kalian! Jangan ikut campur urusanku! Dasar orang – orang kampung! Kelasi! Cepat                               usir mereke semue tu dari kapalku!    
ABK1dan2   : Pegi! Pegi kalian dari sini!
Emak          : Astaghfirullah!
Sesampainye di rumah Lancang…
Siti              : Masya’Allah! Kami tak menyangke Lancang nak menjadi macam tu!
Ustadzah    : Iye… Mak, yang sabar ye… Kami permisi dulu ye Mak.
Ustdzh,Siti : Assalamualaikum!
Emak          : Waalaikumsalam! Terime kaseh ye…
Emak lalu mengambil lesung dan nyiru pusake sambil berdo’a…
Emak          : Ya Allah… Si Lancang telah kulahirkan dan kubesarkan… Namun setelah kaye… Die tak mau
                     mengakuiku sebagai emaknye… Ya Allah, tunjukkan padenye kekuasaan-Mu…!
Dalam sekejap tibe – tibe angin topan berhembus dengan kencang. Petir menggelegar menyambar kapal si Lancang. Gelombang Sungai Kampar menghantam kapal si Lancang hingga hancur berkeping – keping. Semue orang di atas kapal tu berteriak kebingungan, sementare penduduk berlarian menjauhi sungai.
ABK 2       : Akh! Ade ape dengan kapal ni?!
ABK 1       : Aaaakh…!
Istri 1          : Ya Allah! Ade ape ni?!
Istri 2          : Astaghfirullah!
Lancang     : Emaaak…! Si Lancang anakmu pulang! Maafkan aku Mak…! Maafkan aku…!
Barang-barang yang ade di kapal si Lancang berhamburan dihempas badai. Kain sutra yang dibawe si Lancang dalam kapalnye melayang - layang. Kain tu lalu berlipat dan bertumpuk menjadi Negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri. Sebuah gong terlempar dan jatuh di dekat gubuk Emak si Lancang di Air Tiris, menjadi Sungai Ogong di Kampar Kanan. Sebuah tembikar pecah dan melayang menjadi Pasubilah yang letaknye berdekatan dengan Danau si Lancang. Di danau itulah tiang bendere kapal si Lancang tegak tersise. Bile sekali waktu tiang bendera kapal si Lancang tu tibe - tibe muncul ke permukaan danau, make pertande akan terjadi banjir di Sungai Kampar. Banjir itulah air mate si Lancang yang menyesali perbuatannye kerana durhake kepada Emaknye.
Selesai

Selasa, 19 Februari 2013

TEATER INTERNASIONAL


BENTUK-BENTUK DRAMA
1.      Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dibedakan menjadi dua
    1. Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.
    2. Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.
2.      Berdasarkan sajian isinya
    1. Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti drama serius yang melukiskan tikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan.
    2. Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
    3. Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
3.      Berdasarkan kuantitas cakapannya
    1. Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata
    2. Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
    3. Doalogmonolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.
4.      Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya
    1. Opera/operet, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.
    2. Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.
    3. Tablo, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.
5.      Bentuk-bentuk lain
    1. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, tematik.
    2. Drama baca, naska drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
    3. Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kam bangsawan (muncul abad ke-18).
    4. Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.
    5. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejathan atau keruntuhan tokoh utama
    6. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).
    7. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri dari satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
    8. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama di pedesaan).

PERBEDAAN DRAMA DAN TEKS SASTRA LAINNYA
1.      Apa yang membedakan teks drama dengan teks cerita rekaan? Anda tentu saja masih ingat bahwa dala novel Belenggu karya Armijn Pane, pengarangnya menceritakan kisahannya dengan melibatkan tokoh-tokoh Tono, Tini, Yah lewat kombinasi antara dialog dan narasi. Sementara itu, dalam teks drama yang lebih mendominasi adalah dialog. Narasi hanya terbatas berupa petunjuk pementasan yang disebut sebagai teks sampingan. Lewat petunjuk pementasan (yang kebanyakan dicetak miring) itulah pengaranag naskah drama memberi arahan penafsiran agar tidak terlalu melenceng ari apa yang sebenarnya dikehendaki.
2.      Ciri khas apa yang terdapat dalam drama? Ada gerak seperti mengacungkan tangan, membentak, dan ketakutan. Dengan demikian, penulis lakon membeberkan kisahannya tak cukup jika hanya dibaca. Dibutuhkan gerak. Itulah yang disebut action. Pementasan di panggung. Penulis lakon membayangkan action para aktornya dalam bentuk dialog. Dan dialoglah bagian paling penting dalam drama. Lewat dialoglah kita bisa melacak emosi, pemikiran, karakterisasi, yang kesemuanya itu terhidang di panggung lewat action alias gerak. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila seorang pakar drama kenamaan Moulton menyebut drama sebagai ’life presented in action’, alias drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak. Dengan demikian, secara lebih ringkas drama adala salah satu bagian dari genre sastra yang menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog, yang dirancang untuk pementasan di panggung (Sudjiman, 1990).

UNSUR-UNSUR DRAMA
1.      Dalam drama tradisional (khususnya Aristoteles), lakon haruslah bergerak maju dari suatu beginning (permulaan), melalui middle (pertengahan), dan menuju pada ending (akhir). Dalam teks drama disebut sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi.
Eksposisi, adala bagian awal yang memberikan informasi kepada penonton yang diperlukan tentang peristiwa sebelumnya atau memperkenalkan siapa saja tokoh-tokohnya yang akan dikembangkan dalam bagian utama dari lakon, dan memberikan suatu indikasi mengenai resolusi.
Komplikasi, berisi tentang konflik-konflik dan pengembangannya. Gangguan-gangguan, halangan-halangan dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami tokoh utamanya. Alam komplikasi inilah dapat diketahui bagaimana watak tokoh utama (yang menyangkut protagonis dan antagonisnya).
Resolusi, adalah bagian klimaks (turning point) dari drama. Resolusi haruslah berlanagsung secara logis dan memiliki kaitan yang wajar dengan apa-apa yang terjadi sebelumnya. Akhir dari drama bisa happy-en atau unhappy-end.
2.      Karakter merupakan sumber konflik dan percakapan antartokoh. Dalam sebuah drama harus ada tokoh yang kontra dengan tokoh lain. Jika dalam drama karakter tokohnya sama maka tidak akan terjadi lakuan. Drama baru akan muncul kalau ada karakter yang saling berbenturan.
3.      Dialog merupakan salah satu unsur vital. Oleh karena itu, ada dua syarat pokok yang tidak boleh diabaikan, yaitu (1) dialog harus wajar, emnarik, mencerminkan pikiran dan perasaan tokoh yang ikut berperan, (2) dialog harus jelas, terang, menuju sasaran, alamiah, dan tidak dibuat-buat.

UNSUR-UNSUR PEMENTASAN
1.      Dalam pentas drama sekurang-kurangnya ada 6 unsur yang perlu dikenal, yaitu (1) naskah drama, (2) sutradara, (3) pemeran, (4) panggung, (5) perlengkapan panggung : cahaya, rias, bunyi, pakaian, dan (6) penonton.
2.      Naskah drama. Adalah bahan pokok pementasan. Secara garis besar naskah drama dapat berbentuk tragedi (tentang kesedihan dan kemalangan), dan komedi (tentang lelucon dan tingka laku konyol), serta disajikan secara realis (mendekati kenyataan yang sebenarnya dalam pementasan, baik dalam bahasa, pakaian, dan tata panggungnya, serta secara simbolik (dalam pementasannnya tidak perlu mirip apa yang sebenarnya terjadi dalam realita, biasanya dibuat puitis, dibumdui musik-koor-tarian, dan panggung kosong tanpa hiasan yang melukiskan suatu realitas, misalnya drama karya Putu Wijaya. Naskah yang telah dipilih harus dicerna atau diolah, bahkan mungkin diubah, ditambah atau dikurangi disinkronkan dengan tujuan pementasan tafsiran sutradara, situasi pentas, kerabat kerja, peralatan, dan penonton yang dibayangkannya.
3.      Sutradara. Setelah naskah, faktor sutradara memegang peranan yang penting. Sutradara inilah yang bertugas mengkoordinasikan lalu lintas pementasan agar pementasannya berhasil. Ia bertugas membuat/mencari naskah drama, mencari pemeran, kerabat kerja, penyandang dana (produsen), dan dapat mensikapi calon penonton.
4.      Pemeran. Pemeran inilah yang harus menafsirkan perwatakan tokoh yang diperankannya. Memang sutradaralah yang menentukannya, tetapi tanpa kepiawaian dalam mewujudkan pemeranannya, konsep peran yang telah digariskan sutradara berdasarkan naskah, hasilnya akan sia-sia belaka.
5.      Panggung. Secara garis besar variasi panggung dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, panggung yang dipergunakan sebagai pertunjukan sepenuhnya, sehingga semua penonton dapat mengamati pementasan secara keseluruhan dari luar panggung. Kedua, panggung berbentuk arena, sehingga memungkinkan pemain berada di sekitar penonton.
6.      Cahaya. Cahaya (lighting) diperlukan untuk memperjelas penglihatan penonton terhadap mimim pemeran, sehingga tercapai atau dapa mendukung penciptaan suasana sedih, murung, atau gembira, dan juga dapat mendukung keratistikan set yang dibangun di panggung.
7.      Bunyi (sound effect). Bunyi ini memegang peran penting. Bunyi dapat diusahakan secara langsung (orkestra, band, gamelan, dsb), tetapi juga dapat lewat perekaman yang jauh hari sudah disiapkan oleh awak pentas yang bertanggung jawab mengurusnya.
8.      Pakaian. Sering disebut kostm (costume), adalah pakaian yang dikenakan para pemain untuk membantu pemeran dalam menampilkan perwatakan tokoh yang diperankannya. Dengan melihat kostum yang dikenakannya para penonton secara langsung dapat menerka profesi tokoh yang ditampilkan di panggung (dokter, perawat, tentara, petani, dsb), kedudukannya (rakyat jelata, punggawa, atau raja), dan sifat sang tokoh trendi, ceroboh, atau cermat).
9.      Rias. Berkat rias yang baik, seorang gadis berumur 18 tahun dapat berubah wajah seakan-akan menjadi seorang nenek-nenek. Dapat juga wajah tampan dapat dipermak menjadi tokoh yang tampak kejam dan jelek. Semua itu diusahakan untuk lebih membantu para pemeran untuk membawakan perwatakan tokoh sesuai dengan yang diinginkan naskah dan tafsiran sutradara.
10.  Penonton. Dalam setiap pementasan faktor penonton perlu dipikirkan juga. Jika drama yang dipentaskan untuk para siswa sekolah sendiri, faktor mpenonton tidak begitu merisaukan. Apabila terjadi kekeliruan, mereka akan memaafkan, memaklumi, dan jika pun mengkritik nadanya akan lebih bersahabat. Akan tetapi, dalam pementasan untuk umum, hal seperti tersebut di atas tidak akan terjadi. Oleh karena itu, jauh sebelum pementasan sutradara harus mengadakan survei perihal calon penonton. Jika penontonnya ”ganas” awak pentas harus diberi tahu, agar lebih siap, dan tidak mengecewakan para penonton.
PEMBAGIAN TUGAS DALAM PEMENTASAN
1.      Sebelum sampai pada penggarapan naskah untuk pementasan, terlebih dahulu perlu kita kenal beberapa fungsi atau peran dalam pementasan. Pada dasarnya kerja pementasan adalah kerja kelompok atau tim. Tim terbagi menjadi dua, yaitu tim penyelenggara dan tim pementasan. Yang dimaksud tim penyelenggara pementasan adalah orang-orang yang bekerja untuk melaksanakaan "acara" pementasan. Tim penyelenggara meliputi ketua panitia (pimpinan produksi), sekretasis, bendahara, sie dana, sie publikasi, sie perlengkapan, sie dokumentasi, si konsumsi, dam masih banyak lagi. Tim ini berperan dalam "menjual" karya seni (drama). Sukses tidaknya acara pementasan (dengan indikasi jumlah penonton yang banyak, keuntungan finansial minimal balik modal, apresiasi penonton, soundsistem, lighting yang bagus) bergantung pada tim ini.
2.      Tim kedua adalah tim pementasan. Yang dimaksud tim pementasan adalah sekelompok orang yang bertugas menyajikan karya seni (drama) untuk ditonton. Tim pementasan terdiri dari sutradara, penulis naskah, tim artistik, tim tata rias, tim kostum, tim lighting, dan aktor. Sebenarnya tim pementasan ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu tim on stage (di atas panggung) atau aktor, dan tim behind stage (belakang panggung). Kedua tim ini memiliki peran yang sama dalam mensukseskan pertunjukan/pementasan.
3.      Pertama-tama kita bahas dulu tim pementasan beserta tugas dan kewenangannya.
a.       Sutradara. Seperti kita ketahui bersama, sutradara adalah pimpinan pementasan. Ia bertugas melakukan casting (memilih pemain sesuai peran dalam naskah), mengatur akting para aktor, dan mengatur kru lain dalam mendukung pementasan. Pada dasarnya seorang sutradara berkuasa mutlak sekaligus bertanggung jawab mutlak atas pementasan.
b.      Penulis Naskah. Sebenarnya ketika sebuah naskah dipilih untuk dipentaskan, penulis naskah sudah "mati". Artinya, ia tidak memiliki hak lagi untuk mengatur visualisasi atas naskahnya. Tanggung jawab visualisasi ada pada sutradara. Biasanya, dalam perencanaan akting, seorang penulis naskah hanya diminta sebagai komentator.
c.       Penata Panggung. Tugas utama penata panggung adalah mewujudkan latar (setting panggung) seperti yang diinginkan oleh sutradara. Biasanya sutradara akan berdiskusi dengan penata panggung untuk mewujudkan setting panggung yang mendukung cerita.
d.      Penata Cahaya. Tugas utama penata cahaya adalah merencanakan sekaligus memainkan pencahayaan pada saat pementasan sehingga pencahayaan mendukung penciptaan latar suasana panggung. Jelas bahwa penata caha perlu berkoordinasi dengan penata panggung. Seorang penata cahaya harus memiliki pengetahuan memadai dalam hal mixer cahaya.
e.       Penata Rias dan Busana. Tugas utama penata rias dan busana adalah mewujudkan rias dan kostum para aktor sesuai dengan karakter tokoh yang dituntut oleh sutradara. Biasanya, penata rias dan busana berkoordinasi erat dengan sutradara.
f.       Penata Suara. Tugas utama penata suara adalah mewujudkan sound effect yang mendukung pementasan. Bersama dengan penata busana, penata panggung, dan penata cahaya, penata suara menciptakan latar yang mendukung pementasan. Jelas bahwa prasyarat untuk menjadi penata suara adalah memiliki kemampuan mengelola soundsistem dan soundeffect.
g.      Aktor. Tugas utama aktor adalah memerankan tokoh yang ditugaskan kepadanya oleh sutradara.
4.      Tim penyelenggara dan kewenangannya adalah sebagai berikut.
a.       Ketua Panitia
b.      Sekretaris
c.       Bendahara
d.      Sie Acara
e.       Sie Dana
f.       Sie Dokumentasi
g.      Sie Perlengkapan
h.      Sie Konsumsi
i.        Sie Tempat

TOKOH TEATER INDONESIA

  • Arie Batubara
  • George Kamarullah
  • Teguh Karya
  • Jose Rizal Manua
  • Arifin C. Noer
  • W. S. Rendra
  • Norbertus Riantiarno
  • Ratna Riantiarno
  • Asrul Sani
  • Wawan Sofwan
  • Remy Sylado
  • Putu Wijaya
  • Yudhi Soenarto

 
Blogger Templates